Gorontalopost.id – Miss grand Venezuela, Luiseth Materan, berkesempatan mengenakan pakaian adat Gorontalo, Bili’u. Hal itu dilakukanya saat berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Venezuela di Kota Caracas, pada Kamis 15 September 2022 yang lalu. Belakangan, cara Luiseth mengenakan pakaian adat itu menjadi perbincangan masyarakat Gorontalo, lantaran perempuan yang juga berprofesi sebagai pembawa acara televisi di negaranya itu, salah mengenakanya.
Luiseth memadukan pakaian bili’u dengan makuta (tutup kepala), padahal makuta bukan untuk perempuan, tapi bagian pakaian adat untuk pria. Kunjungan Luiseth ke KBRI Caracas, diketahui untuk mengenal Indonesia karena menjadi tuan rumah Miss Grand Internasional yang saat ini sedang berlangsung. Malam puncak kontes kecantikan ini rencananya akan digelar di Sentul International Convention Center, Bogor, pada 25 Oktober 2022.
“Pada tanggal 15 September 2022, #DubesImam menerima kunjungan Miss Grand Venezuela 2022, Luiseth Materan di KBRI Caracas. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengenal Indonesia yang akan menjadi tuan rumah Miss Grand Internasional pada bulan Oktober 2022. Salam sukses untuk seluruh peserta Miss Grand Internasional 2022!,” tulis KBRI Caracas dikutip dari akun instagram @KBRI_Caracas. Postingan KBRI itu dilakukan 16 september 2022 atau sehari setelah pertemuan dengan Miss Grand Venezuela, Luiseth Materan.
Ada lima foto yang diungga, tiga diantaranya memperlihatkan Luiseth mengenakan pakaian adat Gorontalo bili’u tapi dengan tutup kepala makuta, tampak pula Luiseth foto bersama dengan Duta Besar dan jajaran KBRI. Penggunaan pakaian adat Gorontalo oleh Luiseth itu nampak dipandu jajaran KBRI, pada video yang diunggah Luiseth pada akun instagramnya saat pertemuan di aula kantor KBRI Caracas, memang nampak ditampilkan dalam sebuah etalase sejumlah pakaian adat dari berbagai daerah.
Luiseth sepertinya tertarik dengan bili’u, ia kemudian mengenakanya, seorang perempuan membantunya mengenakan pakaian adat biliu berwarna hijau itu, dan seorang pria berpakaian batik orange tampak membantu mengenakan makut di kepala Luiseth.
“Kunjungan saya ke kedutaan besar Indonesia di venezuela sebagai bagian dari persiapan dan motivasi saya untuk miss grand internasional. Terima kasih kepada seluruh jajaran kedutaan atas dukungan dan perhatian yang indah. Akan sangat menyenangkan untuk akhirnya mengunjungi negara anda yang indah,”tulis Luiseth.
Sementara itu, Ketua Dewan Adat Provinsi Gorontalo, Abdullah Paneo, menyayangkan adanya kesalahan penggunaan pakaian adat itu. Harusnya, kata dia, sebelum menggunakannya, dikomunikasikan dan dikoordinasikan Kementerian Pariwisata, atau dengan Pemerintah Daerah.
“Di KBRI itu kan ada yang bertugas soal pariwisata. Kok tidak di komunikasikan dengan Kementerian Pariwisata. Jujur saya sangat menyesalkan hal ini terjadi. Warga biasa saja pasti sangat menyayangkan hal itu terjadi. Apalagi kami (dewan adat),” ujar Abdullah Paneo kepada Gorontalo Post, Ahad (16/10).
Abdullah mengaku, kejadian semacam ini harus mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Gorontalo. Sebab, kata dia, penggunaan pakaian adat yang salah oleh sejumlah pihak bukan hanya kali ini terjadi.
“Dulu ada yang pakai bili’u yang terbuka, dan kelihatan celana pendek yang digunakan si model. Kemudian waktu di Grand Palace juga. Terus saat acara warga Betawi, dan beberapa kegiatan fashion lainnya,” ucap Abdullah Paneo.
Menurutnya, kejadian seperti itu tidak pantas terulang. Harus ada upaya dari pihak-pihak terkait untuk mengatasi hal ini. Misalnya, sosialisasi kepada masyarakat luas, terutama bagi para pelaku usaha fashion yang ditopang dengan sebuah regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang tata cara atau prosedur penggunaan pakaian adat Gorontalo.
“Selama ini, mereka (pelaku usaha fashion) hanya minta maaf kepada kita. Dan hanya habis sampai disitu. Karena tidak ada efek jera, kejadian yang sama kembali terjadi.
Maka dari itu, saya berharap Pemprov Gorontalo membuatkan sebuah regulasi yang mengatur tentang tata cara penggunaan pakaian adat Gorontalo,” tegas Abdullah. Penggunaan pakaian adat, kata dia, tidak sembarangan. Ada makna dan kepercayaan yang tersirat dari pakaian adat itu.
“Memang, kalau kita orang Gorontalo mempercayai penggunaan pakaian adat yang salah, si pengguna akan kena kesialan. Tapi tidak juga harus begitu, karena itu sudah takabur,”tandasnya. (tro/rwf)











Discussion about this post