Gorontalopost.id – Ada yang unik dari peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Gorontalo, tepatnya di Kecamatan Tibawa. Warga Tibawa menggelar upacara di tempat yang tidak biasa, yakni diatas jembatan Gorontalo Outer Ring Road (GORR) di Desa Isimu Utara Kecamatan Tibawa. Jalan (GORR) tersebut memang belum dilintasi kenderaan, karena belum selesai pembangunanya.
Tak hanya tempatnya yang unik, tapi para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) juga tak biasa. Jika biasanya Paskibraka beranggotakan para pelajar sekolah menengah atas (SMA), yang diseleksi, maka upacara HUT RI ke Kecamatan Tibawa, yang mengibarkan bendera di tengah jembatan itu adalah para kepala desa (Kades) di wilayah Tibawa. Bisa dikatakan ini merupakan sejarah, dan pertama kalinya para kepala desa bertindak sebagai Paskibraka.
Petugas pengibar bendera, yakni Isimu Utara, Wawan Pipii Kades, Kades Dunggala, Maskun Usman Karim, dan Kades Isimu Raya,
Sukrin Djafar Mohune. Sedangkan pembawa bendera adalah Karlina tombokan, Kasi Pemerintahan Kantor Camat Tibawa, Irwandi Ibrahim Kades Molahu, dan Irfan Abdullah, Kades Labanu. Ada pula petugas pasukan pengawal bendera, pemimpin upacara dan perwira upacara. Sedangkan yang bertindak sebagai inspektur upacara adalah Camat Tibawa, Latif Suparman. “Kita libatkan 17 kepala desa yang ada.
Alhamdulillah ini mendapat respons yang bagus oleh semua Kades dan berlangsung sukses,” ujar Camat Tibawa Latif Suparman.
Pemilihan Kades ini bukan tanpa alasan, menurut Latif sebagai pimpinan masyarakat, Kades harus menjadi orang pertama yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Sehingga, itu dipupuk lewat pelaksanaan upacara kemerdekaan tahun ini. Dengan target para Kades bisa menularkan semangat nasionalisme kepada seluruh warganya.
“Alasan kedua, karena Kepala Desa ini kurang paham dengan baris berbaris. Disini kita latih mereka. Jadi nanti jika ada pelatihan Hansip, mereka bisa ikut memberikan pembelajaran,” tambahnya.
Hal unik lainnya, pelaksanaan upacara juga diwarnai dengan pengibaran bendera raksasa. Berukuran panjang 77 meter dengan lebar 22 meter. Bendera raksasa yang dibuat dari 24 gulungan kain ini dibentang di pegunungan Isimu Utara. Angka 77 dan 22 ini diambil dari usia Indonesia ke 77 tahun dan perayaan di tahun 2022.
“Alhamdulillah itu luar biasa, bahkan sampai sore tadi masyarakat banyak yang datang melihat bendera itu,” bebernya.
Latif menambahkan selain diperingati secara nasional, upacara di atas jembatan ini juga dihiasi dengan nuansa adat budaya Gorontalo.
“Menarik juga untuk pertama kali kita melibatkan seluruh pemangku adat dan imam masjid, mereka datang menggunakan pakaian kebesaran mereka. Juga pada detik-detik proklamasi itu kalau biasanya ditandai dengan bunyi sirene, kita ganti dengan bunyi bunggo (meriam bambu) dari 77 bunggo yang disumbangkan oleh masyarakat,” tuturnya. “Kemudian juga ada ojek-ojek yang angkat milu, kita tidak pernah libatkan. Jadi pada detik-detikproklamasi mereka turun membawa bendera merah putih, dan ikut upacara bersama,” tambah Latif lagi. Ia berharap momen 77 tahun Indonesia memberikan semangatnkebangkitan untuk Indonesia khususnya Kecamatan Tibawa.
“Saya berharap momen kita kebangkitan,dari keterpurukan 2 tahun pandemi. Apalagi tahun 2022 kita telah canangkan sebagai gerakan menviralkan Tibawa,” pungkasnya. (tro/Nat)












Discussion about this post