Gorontalopost.co.id, MANADO — Posisi Gorontalo dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo (BSG) yang berlangsung di Manado, Rabu (9/4) dibikin tak berdaya.
RUPS dengan kendali palu di tangan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Yulius Stevanus Komaling (YSK) itu, berhasil mendepak wakil Gorontalo dari jajaran komisaris BSG. Nama orang Gorontalo dicoret, dan usulan komisaris yang disampaikan dalam RUPS diabaikan.
YSK lebih memilih orang-orang dekatnya menjadi bos di BSG. Sebut saja Ramoy Markus Luntungan, kader Gerindra yang kini menjabat Komisaris Utama BSG. Ramoy merupakan ketua tim pemenangan YSK saat betarung di Pilgub Sulut tahun lalu.
Selain Ramoy Markus, tiga komisaris independen juga orang baru yang semuanya dari Sulawesi Utara, yakni Sam Sachrul Mamonto, Jacklyn Koloay, dan Djafar Alkatiri. Posisi komisaris tidak terganti yakni diisi Max Kembuan, wakil dari Mega Corpora yang juga pemegang saham pengendali BSG.
Pada periode sebelumnya, Gorontalo berhasil menempatkan Fedriyanto Koniyo sebagai komisaris Independen, Ferdiyanto menggantikan Rustam Akali yang mundur lantaran kembali ke partai politik. “Jadi kami diundang di RUPS ini hanya untuk mendengarkan wakil Gorontalo dikeluarkan dari jajaran komisaris,”ujar Bupati Gorontalo, Sofyan Puhi, kemarin.
Ia nampak begitu kesal dengan keputusan RUPS dengan susunan komisaris yang ternyata tanpa didiskusikan bersama seluruh pemegang saham. “Dengan komposisi komisaris yang sudah Anda dapatkan informasi, dimana tidak ada sama sekali keterwakilan orang Gorontalo tentu saja ini sangat mengecewakan,” papar Sofyan.
Padahal, lanjut Sofyan saat jalanya RUPS LB, ia dan para kepala daerah lainya yang juga pemegang saham sudah menyampaikan pendapat. Tapi ternyata itu dianggap angin lalu oleh pihak yang mengendalikan RUPS. “Apa yang kami sampaikan serta sarankan, sepertinya hanya angin lalu bagi mereka,” ungkap Sofyan.
Kekecewaan itu, berimplikasi pada penempatan anggaran daerah di BSG. Ia menyatakan, segera memindahkan dana daerah ke bank ‘plat merah’ yang lain. Sama halnya dengan Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambae. Usai mengetahui tidak ada nama wakil Gorontalo di jajaran Direksi maupun Komisaris, Adhan langsung meninggalkan ruangan RUPS. A
dhan nampak begitu kesal, ia menganggap Gorontalo dipandang remeh dalam keputusan RUPS tersebut. Kata dia, Kota Gorontalo bukan saja sebagai salah satu pesaham, namum menjadi pendiri BSG, hasilnya suara dari Gorontalo ternyata tetap diabaikan Gubernur Sulut Yulius Stevanus yang memegang palu sidang RUPS.
Sama seperti Sofyan Puhi, Adhan juga menyebut segera memindahkan kas daerah dari BSG ke bank lain. “Pisah provinsi saja Gorontalo bisa, apalagi hanya pindah dari BSG,”tegas Adhan. Dalam kesempatan itu, Adhan mengakui kehebatan Rusli Habibie saat menjadi Gubernur Gorontalo.
Era Rusli kata dia, mampu menempatkan orang Gorontalo dijajaran komisaris, yakni Rustam Akili, dan Fediyanto Koniyo. Belum lagi, nama BSG yang awalnya hanya Bank Sulut, ditambah dengan Gorontalo, menjadi Bank Sulut – Gorontalo atau BSG.
Sama halnya dengan Bupati Boalemo, Rum Pagau. Sebagai salah satu pesaham terbesar di BSG, Rum mengaku kecewa dengan keputusan RUPS LB yang dipimpin Gubernur Sulut Yulius Selvanus itu.
“Gorontalo itu pemegang saham, selain itu juga pendiri yakni Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, dicatat itu dalam pendirian bank Sulut. Boalemo sebagai pemagang saham nomor lima. Kami memberikan masukan tadi, untuk komisaris dengan direksi ini ada perwakilan dari Gorontalo. Justeru keputusan tadi dikeluarkan dari komisaris,”kata Rum Pagau.
Ia menyebutkan dengan keputusan yang ada, pihaknya sebagai pemegang saham juga akan mengevaluasi kebersamaan dengan BSG, termasuk kata dia, akan segera memindahkan Kas Daerah dari BSG ke bank yang lain.
Sementara itu, Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail melalui jurubicara Noval Abdusamad, juga mengaku terkejut dengan keputusan RUPS tersebut. “Jadi memang nama-nama itu sudah ada, lalu disahkan,”kata Noval.
Kata dia, dengan kondisi yang ada, Pemprov Gorontalo sebagai salah satu pesaham, juga bakal bersikap sama seperti Pemda lainya di Gorontalo, yakni menarik diri dari BSG. “Bisa saja mengarah kesitu (memindahkan Kas daerah) mengikuti seperti yang sudah disampaikan para Bupati dan Walikota,”ujar Noval via seluler tadi malam.
BAHAS LAGI PENYERTAAN MODAL
Pemprov Gorontalo berencana menambah penyertaan modal Rp 5 Miliar ke BSG tahun ini, namun rencana itu masih akan dibicarakan kembali, dampak dari putusan RUPS LB yang mendepak wakil Gorontalo dari jajaran komisaris.
“Betul (ada penyertaan modal), tapi itu masih akan dibahas lagi dengan DPRD. Memang sudah ada dalam APBD, tapi masih akan dibicarakan lagi,”ujar jurubicara gubernur, Noval Abdusamad.
Pemprov Gorontalo hingga tahun 2024 tercatat memiliki 779.785 lembar saham di BSG dengan nilai Rp77.9 miliar lebih. Angka itu setara dengan 5,88 persen total saham BSG. Sebelumnya, Gubernur Gusnar menjelaskan, tahun 2025 ini pihaknya berencana menambah modal ke BSG sebesar Rp5 Miliar. (tro)











Discussion about this post