Gorontalopost.id – Antrian panjang terjadi SPBU dalam beberapa hari terakhir, bukan hanya berburu solar, tapi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, juga ternyata makin sulit didapat. Tak seperti biasanya, dimana tuas nozzle SPBU kerap ‘nganggur’, kini nyaris non stop karena antrian tak putus-putus.
Banyaknya warga yang berburu pertalite, lantaran bensin jenis premium kini tak ada lagi. Yang ada, selain pertalite, adalah pertamax. Harga pertamax kini mencekik. Pemerintah per 1 April resmi menaikan harga pertamax untuk Gorontalo Rp 12.750 per liter, padahal harga awal hanya Rp 9.750 per liter.
“Tidak ada pilihan, cuma ada pertalite, ba antri. Atau tidak antri tapi pertamax,”kata Rendi, warga Kota Gorontalo. Kata dia, dulu, premium yang sulit didapat. Harganya lebih murah dari pertalite, apalagi pertamax. “Sekarang pertalite yang langka, beli pertamax mahal sekali,”ujarnya.
Abdul Jalil, pengawas SPBU Andalas saat diwawancarai Gorontalo Post, Jumat (1/4), mengatakan, saat ini, khusus untuk pertalite mengalami penurunan harga dari Rp 7.850 per liter menjadi Rp7.650 per liter. “Dan untuk Pertamax stok yang kami sediakan untuk seminggu kedepan sekitar 8 KL, sedangkan pertalite 16 ribu-24 ribu KL,” ungkap Abdul Jalil.
Melansir pengumuman dari situs resmi Pertamina, Kamis (31/03). Kenaikan harga Pertamax ini dalam rangka mengimplementasikan keputusan menteri (kempem) ESDM No. 62K/12/MEM/2020 tentang kenaikan harga dasar dalam perhutungan harga jual eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis bensin dan minyak solar yang disalurkan melalui stasiun bahan bakar umum.
Kenaikan di setiap daerah berbeda – beda, seperti pada wilayah Jawa harga pertamax dibanderol Rp12500, naik dari harga sebelumnya Rp9 ribu per liter. Begitu pula untuk wilayah Maluku dan Sulawesi, naik menjadi Rp12. 750. per liter.
BAGI NOMOR ANTRIAN
Antrean kenderaan untuk mendapatkan solar masih terjadi. Seprti di SPBU Luhu, Kabupaten Gorontalo, Jumat (1/4). Mensiasatinya, pihak SPBU ternyata memberlakukan nomor antrian. Nomor antrian diberikan ke setiap sopir mobil yang ‘mengkonsumsi’ solar.
Hal itu dilakukan agar pengguna solar tak perlu lama menunggu di SPBU. “Tidak perlu lagi mengantri sampai berjam-jam atau bahkan sampai pada malam hari disekitaran ruas jalan SPBU Luhu,”ujar pengawas SPBU. Di SPBU tersebut, pertamina menyalurkan solar 8 KL per hari. Jumlah itu tak bertahan hingga malam hari, biasanya jelang sore sudah habis.
Kapolsek Telaga, Iptu Dimas Wicaksono Wijaya S.Tr.K, S.IK., turut memantau penyaluran BBM di SPBU Luhu. Kata dia, pengawasan dilakukan setiap saat, tidak hanya solar, tapi juga pertalite dan jenis BBM lainnya. “Kami dmenempatkan dua personil khusus untuk melakukan patroli di SPBU secara bergantian,”katanya.
TAK PERLU ANTRE
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan warga tak perlu mengantre di SPBU untuk mendapatkan BBM terutama solar subsidi karena pihaknya menjamin suplai sesuai kondisi terkini (real time). “Tidak perlu khawatir, tidak perlu lihat orang antre lalu ikut-ikutan antre, karena masih ada (minyak),” kata Nicke dikutip ANTARA, saat memantau penjualan BBM di SPBU Simpang Bandara SMB II Palembang, Sumatera Selatan, Ahad (3/4). Nicke didampingi Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Toni Harmanto.
Masyarakat diharapkan tak perlu panik karena Pertamina sudah mendapatkan jaminan dari pemerintah untuk tetap mengawal ketersediaan BBM di masyarakat, baik untuk kelompok subsidi maupun non subsidi.
Jaminan ini diberikan agar harga-harga kebutuhan pokok masyarakat tidak mengalami kenaikan mengingat minyak solar subsidi diperuntukkan bagi kendaraan umum dan kendaraan pengangkut barang-barang logistik.
Oleh karena itu, sejak awal Pertamina menyediakan suplai BBM itu merujuk pada permintaan masyarakat (base on demand). Bahkan di beberapa daerah, Pertamina sampai menambah pasokan hingga 75 persen dari biasanya.
“Dan ini yang kami lakukan (tambah pasokan),” kata dia. Baginya, situasi panic buying (membeli karena panik) justru akan berbuah malapetaka. Adanya ketakutan bahwa BBM akan habis akan membuat terjadinya rush sehingga antrean di SPBU menjadi tak terelakkan lagi.
Jika sudah begitu, maka semua sektor akan terganggu. Oleh karena itu, Nicke mengimbau pelaku angkutan barang tak lagi memburu BBM solar subsidi hingga rela mengantre berjam-jam di SPBU. Bahkan, sampai bersiasat berpindah-pindah SPBU demi mengisi penuh tangki kendaraan.
Baginya, kondisi saat ini sangat terkendali, seperti di Sumsel terdapat 27 SPBU yang menyediakan BBM solar bersubsidi, yang menurut Nicke itu sangat memenuhi kebutuhan angkutan logistik.
Bahkan jika tetap terjadi antrean, Pertamina pun sudah memiliki langkah antisipasi yakni dengan mengoperasionalkan SPBU Mobile atau unit mobil tangki yang memiliki alat hitung pembelian BBM.Tak hanya itu, Pertamina juga dapat mengoperasikan unit Pertashop Mobile yang sempat digunakan di Tol untuk masa mudik Lebaran. (ant/mg04/mg11/mg12)












Discussion about this post